Rabu, 18 Januari 2012

cold working and strain hardening

BAB 1. PENDAHULUAN

1.a Latar Belakang
Peran logam sangat penting pada kehidupan kita, dan bentuknya pun dapat dibuat menjadi benda yang sangat berguna, seperti lembaran-lembaran, batang dan lain sebagainya. Logam dibuat berdasarkan sifat plastisitas yakni kemampuan mengalir sebagai padatan tanpa merusak sifat-sifatnya. Proses pengerjaan dibuat berdasarkan suhunya, seperti hot working, cold working dan warm working.
Strain hardening terjadi pada cold working dimana proses deformasi plastik terjadi pada di bawah suhu rekristalisasinya. Proses ini biasanya terjadi pada suhu kamar, tetapi penaikan suhu biasa digunakan untuk mengurangi kekuatan. Pengerjaan dingin dapat meningkatkan keuletan, memperbaiki kemampuan permesinan, meningkatkan ketelitian dimensi, dan menghaluskan permukaan logam. Oksidasi sangat sedikit, dan dengan pengerjaan dingin dapat dihasilkan lembaran dan foil tipis.
Berpuluh tahun yang lalu penarikan kawat dilakukan secara pengerjaan dingin. Kawat ditarik melalui lubang cetakan untuk mengurangi penampangnya. Pabrik pembuatan kawat pada tahun 1910 sudah ada. Gulungan kawat ditarik secara bertahap melalui die dengan diameter yang semakin kecil, sehingga akhirnya diperoleh kawat dengan diameter yang diinginkan.
Strain hardening sangat erat hubungannya dengan dislokasi, dimana pada strain hardening, terjadi peningkatan densitas dislokasi dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dislokasi. Semakin besar reduksi ketebalan, semakin banyak pula jumlah dislokasi yang dihasilkan. Akibatnya pada suatu saat, untuk menggerakan dislokasi tersebut dibutuhkan gaya dari luar yang lebih besar, hal ini berarti logam mengalami penguatan.





1.b Rumusan Masalah
v  Apa keuntungan dan kelemahan pada cold working ?
v  Apakah strain hardening itu ?
v  Sebutkan macam cacat pada kristal !
v  Apakah dislokasi itu ?
v  Sebutkan macam deformasi !
v  Bagaimana hubungan dislokasi dengan deformasi ?
v  Bagaimana hubungan teori strain hardening dengan teori dislokasi ?

1.c Tujuan
dengan dibuatnya makalah ini diharap mahasiswa mampu memahami dan mengaplikasikan konsep hasil pembelajaran dengan benar, dan berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.
















BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 KEUNTUNGAN DAN KELEMAHAN COLD WORKING
Cold working adalah deformasi plastis logam di bawah suhu rekristalisasinya, tetapi penaikan suhu ringan biasa digunakan untuk meningkatkan keuletan dan mengurangi kekuatan.
2.1.a Keunggulan cold working :
1.      Tidak diperlukan panas
2.      diperoleh permukaan akhir lebih halus
3.      kontrol dimensi lebih bagus
4.      produk memiliki kemampuan reproduksi dan mampu tukar lebih bagus
5.      sifat kekuatan, kelelahan, keausan ditingkatkan melalui strain hardening
6.      sifat terarah dapat diberikan
7.      problem kontaminasi diminimisasi
2.1.b Kelemahan cold working :
1.      diperlukan gaya lebih besar
2.      diperlukan perangkat lebih berat dan lebih kuat
3.      kurang keuletan
4.      permukaan logam harus bersih, bebas sisik
5.      pemberian sifat terarah mungkin dapat merusak
6.      anneal antara mungkin diperlukan untuk mengkompensasi hilang keuletan yang menyertai strain hardening
7.      tegangan sisa yang tak diinginkan mungkin diproduksi
                                         

2.1.c Sifat logam pada cold working
Kesesuaian suatu logam untuk di cold work ditentukan oleh sifat keuletan dimana sifat ini merupakan konsekuensi langsung dari struktur metalurgis kemudian proses cold workmengubah struktur logam dan pada akhirnya mengubah sifat keuletan produk.
Gambar kurva tegangan regangan pada baja karbon rendah (atas) dan baja karbon tinggi (bawah).
Pada baja karbon rendah deformasi plastis tidak akan terjadi sampai regangan melebihi X1, regangan ini dikaitkan dengan batas elastis, titik a pada kurva tegangan regangan. Deformasi plastis berlanjut sampai regangan mencapai nilai X4, dimana material putus. Dari sisi pandang cold working dua tampilan sangat signiffkan: (1) besar dari titik yield yang menentukan gaya yang diperlukan untuk memulai deformasi permanen, dan (2) sejauh mana daerah regangan dari X1 ke X4, yang menunjukkan jumlah deformasi plastis (atau keuletan) yang bisa dicapai tanpa patah. Bila jumlah deformasi yang menjadi pertimbangan, material seperti baja karbon rendah lebih disukai daripada baja karbon tinggi. Keuletan yang lebih besar akan tersedia dan gaya yang lebih kecil diperlukan untuk memulai dan melanjutkan deformasi. Kurva sebelah kanan memiliki koefisien regangan lebih besar. Bila strain hardening digunakan untuk memasukkan kekuatan, material jenis ini akan mengalami kenaikan kekuatan yang lebih besar untuk sejumlah cold work yang sama. Sebagai tambahan material sebelah kanan akan lebih menarik untuk operasi pemotongan dan lebih mudah untuk di machining.
Spring back adalah fenomena lain dari proses cold work yang dapat dijelaskan dengan diagram tegangan regangan. Bila logam dideformasi dengan pemberian sejumlah beban, sebagian dari deformasi adalah elastis.
Pada proses cold work, spring back sangatlah penting. Bila menginginkan ukuran tertentu, deformasi harus dilebihkan sejumlah yang sama dengan spring back. Setiap material memiliki modulus elastisitas yang berlainan maka pemberian kelebihan untuk tipe material juga berbeda. Spring back adalah fenomena yang diperkirakan dan pada hal yang lebih sulit dicegah dengan prosedur desain yang lebih layak.

2.2 STRAIN HARDENING
Strain hardening adalah peristiwa naiknya kekuatan material yang ditunjukkan oleh kekerasan karena adanya deformasi plastis. Pada saat terjadi deformasi plastis akan timbul dislokasi (slip) dan akibatnya kekuatan material akan naik.

2.3 CACAT PADA KRISTAL
Kristal yang sempurna ialah kristal yang susunan atomnya seluruhnya teratur mengikuti pola tertentu. Cacat yang dimaksud di sini ialah cacat ketidaksempurnaan susunan atom dalam kristal (lattice). Cacat ini dapat terjadi saat pembekuan ataupun oleh sebab-sebab mekanik.
Cacat ini dapat berupa :
·         Cacat titik (point defect)
·         Cacat garis (line defect)
·         Cacat bidang (interfacial defect)
·         Cacat ruang (bulk defect)
Cacat titik dapat berupa kekosongan (vacant) yang terjadi karena tidak terisinya suatu posisi atom pada lattice. Juga dapat terjadi karena “salah tempat” posisi yang seharusnya kosong ternyata ditempati atom, terjadi sisipan. Mungkin juga ada atom asing yang menggantikan tempat yang seharusnya diisi atom, terjadi substitusi.
Cacat-cacat ini akan menyebabkan terjadinya tegangan pada lattice. Vacant akan menyebabkan atom-atom disekitarnya tertarik mendekat dan menyisip mengakibatkan atom-atom disekitarnya terdorong saling menjauhi.
Pada substitusi bila atom pengganti lebih besar maka atom disekitarnya terdorong menjauh, dan bila lebih kecil tertarik saling mendekat.

2.4 DISLOKASI
Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pegerakan atom-atom di dalam sistem kristal logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis (perubahan dimensi secara permanen). Kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) atom di dalam melalui tingkat kesulitan atau kemudahan gerakan dislokasi di dalam sistem kristal logam. Misalya pada proses pengerjaan dingin (cold work) terjadi peningkatan dislokasi di dalam kristal logam sehingga kekuatan logam meningkat, namun keuletan menurun.
             Pada dasarnya dislokasi ada 2 yaitu edge dislocation and screw dislocation. Dislokasi ulir menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir. Vektor gesernya sejajar dengan garis cacat. Atom-atom disekitar dislokasi ulir mengalami gaya geser, oleh karena itu terdapat energi tambahan di sekitar dislokasi tersebut.
             Kedua jenis dislokasi garis terjadi karena adanya ketimpangan dalam orientasi bagian-bagian yang berdekatan dalam kristal yang tumbuh sehingga ada suatu deretan atom tambahan ataupun deretan yang kurang.
gambar (B) adalah dislokasi garis. Terjadi cacat linear pada sisi bidang atom tambahan.

Semua cacat diatas dapat digeser dalam suatu lattice, baik karena pengaruh thermodinamik maupun gaya mekanik.
Gerakan dari edge dislocation dimulai dari tepi kristal dengan terbentuknya dislocation line, sebagai akibat dari gaya geser (shear force). Garis dislokasi ini berupa garis lurus sepanjang kristal dan tegak lurus sepanjang kristal dan tegak lurus terhadap arah gaya geser. Gaya geser seterusnya akan mendorong garis dislokasi ini dari satu baris atom ke baris atom berikutnya. Baris atom yang telah tergeser ini dikatakan telah mengalami slip dan bidang tempat terjadinya pergeseran ini dinamakan bidang slip (slip plane). Slip plane selalu merupakan bidang yang padat atom. Dari gambar juga tampak bahwa baris atom yang telah bergeser akan kembali memiliki ikatan antar atom seperti semula, hanya saja ikatan ini sekarang terjadi dengan baris atom yang berbeda.
Pengertian mengenai dislokasi ini akan bermanfaat untuk menjelaskan berbagai sifat logam antara lain deformasinya, penguatan dan lain lain.
Cacat bidang yang selalu terdapat pada kristal logam adalah grain boundary (batas butir). Pada batas butir selalu terdapat distorsi baik karena pengaruh tegangan permukaan maupun akibat dari interaksi dengan atom-atom kristal tetangganya. Karena setiap butir kristal mempunyai orientasi yanga berbeda satu sama lain, maka pada batas antara satu butir dengan butir lain akan terjadi ketidakaturan susunan atom.

2.5 DEFORMASI
Deformasi ada 2 yaitu :
            - deformasi plastik
            - deformasi elastik

2.5.a Deformasi plastik pada kristal
Bila suatu kristal mengalami tegangan maka susunan atom pada kristal itu akan mengalami perubahan posisi, perubahan ini bersifat sementara bila tegangan yang bekerja tidak cukup besar dan akan bersifat permanen bila tegangan sudah melampaui yield. Bila tegangan telah melampaui yield maka garis dislokasi sudah bergeser dan mungkin telah mencapai batas butir, sehingga butir kristal mengalami perubahan bentuk yang permanen. Perubahan bentuk pada butir kristal akibat terjadinya hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk pada bentuk luar benda. Deformasi (perubahan bentuk) dapat terjadi dengan terjadinya slip atau twinning atau kombinasi keduanya.

Deformasi dengan slip
Slip merupakan mekanisme terjadinya deformasi yang paling sering dijumpai. Slip terjadi bila sebagian dari kristal tergeser relatif terhadap bagian daari kristal lain sepanjang bidang kristalografi tertentu. Bidang tempat terjadinya slip ini dinamakan bidang slip (slip plane) dan arah pergeseran atom pada bidang slip dinamakan arah slip (slip direction). Slip terjadi pada bidang yang paling padat atom dan arah slip juga pada daerah yang paling padat atom, karena untuk menggeser atom pada posisi ini memerlukan energi paling kecil.
Slip tidak terjadi dengan menggsernya seluruh atom pada bidang slip secara sekaligus. Slip terjadi dengan bergesernya garis dislikasi sedikit demi sedikit. Bila slip terjadi dengan pergeseran sekaligus seluruh atom pada bidang slip, maka akan dibutuhkan gaya yang sangat besar. Karena itulah kekuatan logam lebih rendah daripada kekuatannya yang dihitung dengan menjumlahkan gaya yang perlu untuk memutuskan ikatan antar atomnya. Untuk dapat terjadinya slip harus ada gaya geser yang cukup, bila gaya geser itu belum cukup maka distorsi yang ditimbulkan hanya bersifat sementara, elastik.

Deformasi dengan twinning
Deformasi dengan twinning dapat terjadi bila satu bagian dari butir kristal berubah orientasinya sedemikian rupa sehingga susunan atom di bagian tersebut akan membentuk simetri dengan bagian kristal yang lain yang tidak mengalami twinning. Susunan atom pada bagian yang mengalami twinning disebut “mirror image” dari bagian yang tidak mengalami twinning. Bidang yang menjadi pusat simetri antara kedua bagian itu dinamakan “twinning plane”.
Ada beberapa perbedaan antara slip dan twinning, yaitu bahwa pada slip orientasi seluruh kristal tetap sama, sedang pada twinning sebagian kristal akan berubah orientasinya. Jarak pergeseran atom pada slip dapat mencapai hingga beberapa atom, sedang pada twinning hanya sedikit, tidak sampai satu atom. Pada twinning pergerakan atom itu terjadi sekaligus seluruh atom (pada twinned region) bergerak bersamaan sedang pada slip sebagian demi sebagian.
Dari hal di atas dapat dikemukakan bahwa untuk terjadinya twinning diperlukan tenaga yang cukup besar, karena itu tidak banyak logam yang padanya dijumpai twinning, sebabnya mungkin sebelum twinning dapat terjadi slip yang sudah terjadi dulu. Twinning dapat terjadi bila kemungkinan untuk slip kecil yaitu bila slip system terbatas seperti pada logam dengan kristal HCP yang memiliki hanya sedikit slip system (karena itu twinning biasanya tidak terjadi pada BCC dan FCC).
Regangan yang terjadi pada twinning kecil sekali, sehingga twinning bukanlah suatu mekanisme deformasi yang utama, tetapi cukup penting karena dengan twinning terjadi perubahan orientasi kristal yang memungkinkan salah satu sistem slipnya akan bersesuaian dengan arah gaya geser yang bekerja dan slip akan dapat terjadi
Twinning dapat terjadi sebagai akibat gaya mekanik, disebut mechanical twins, atau dapat juga terjadi pada kristal yang telah dideformasi lalu di anneal, disebut annealing twins.
Pada mikroskop twinning dapat ditandai dengan adanya dua garis sejajar di tengah kristal,dan slip dapat diketahui dengan adanya slip lines, sejumlah garis sejajar pada kristal. 




2.5.b Deformasi Elastik
Deformasi elastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat dibebani gaya. Bila beban gaya berupa tarik, benda akan bertambah panjang. Setelah gaya ditiadakan, benda akan kembali ke bentuk semula. Sebaliknya,beban berupa gaya tekan akan mengakibatkan banda menjadi pendek sedikit. Regangan elastik adalah hasil dari perpanjangan sel satuan dalam arah tegangan tarik, atau kontraksi dari sel satuan dalam arah tekanan.
Bila hanya ada deformasi elastik, regangan akan sebanding dengan tegangan. Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut modulus elastisitas (modulus young) dan merupakan karakteristik suatu logam tertentu. Makin besar gaya tarik menarik antar logam, makin tinggi pula modulus elastisitasnya.

2.6 HUBUNGAN DISLOKASI DENGAN DEFORMASI
Suatu logam dikatakan mengalami pengerjaan dingin (cold work) apabila butir-butir kristalnya berada dalam keadaan terdistorsi setelah mengalami deformasi plastik. Dalam keadaan ini pada kristal terdapat berbagai dislokasi setelah terjadi slip atau twinning.
Sebagai akibat dari pengerjaan dingin ini beberapa sifat mekanik akan mengalami perubahan yaitu tensile strength, yield strength, dan kekerasan akan naik, sedang keuletan akan menurun, dengan makin tingginya derajad deformasi dingin yang dialami.
Gambar efek cold working pada tensile dan yield strength dari tembaga.
Dari gambar tersebut tampak bahwa laju kenaikan yield strength lebih tinggi daripada tensile strength, dan pada derajat deformasi yang tinggi perbedaan antara yield strength dengan tensile strength hanya sedikit sekali. Ini berarti deformasi yang akan terjadi sebelum patah sedikit sekali (keuletannya rendah). Ini juga berarti akan sangat berbahaya mendeformasi logam yang telah mengalami derajat deformasi cukup tinggi karena sewaktu-waktu dapat putus. Hal ini perlu diperhatikan dalam operasi pembentukan dengan pengerjaan dingin seperti cold rolling, cold drawing dan lain lain.
Juga sifat penghantaran listrik akan mengalami penurunan dengan naiknya derajat deformasi dingin. Hal ini terutama akan sangat terasa pada logam yang bukan logam murni (paduan).
Sebagai akibat dari cold working, kekerasan, kekuatan tarik dan tahanan listrik akan naik, sedang keuletan akan menurun. Juga terjadi peningkatan jumlah dislokasi yang besar dan bidang-bidang kristalografi tertentu akan mengalami distorsi yang hebat.
Sebagian energi yang diberikan untuk mendeformasi logam itu dikeluarkan lagi sebagai panas dan sebagian lagi tetap tersimpan dalam struktur kristal sebagai energi dalam (tegangan dalam) yang dikaitkan dengan cacat kristal yang terjadi  sebagai akibat dari deformasi. Dengan kata lain logam yang mengalami pengejaan dingin akan menyimpan sejumlah tegangan dalam sebagai akibat terjadinya sejumlah besar dislokasi.
Bila logam yang telah mengalami pengerjaan dingin ini dipanaskan kembali maka atom-atom akan menerima sejumlah energi panas yang dapat dipakai untuk bergerak menuju/membentuk sejumlah kristal yang lebih bebas cacat, bebas tegangan dalam. Peristiwa perubahan yang terjadi selama proses pemanasan kembali terbagi menjadi tiga tahapan yaitu recovery,recrystallization, dan grain growth.
Recovery terjadi pada awal pemanasan kembali, pada temperatur yang agak rendah, dan perubahan yang terjadi tidak diikuti dengan perubahan struktur mikro, dan belum terjadi perubahan sifat mekanik. Perubahan yang terjadi haanyalah berkurangnya tegangan dalam.
Pengurangan tenaga dalam bertujuan untuk mencegah terjadinya distorsi pada benda kerja yang mengalami cold work sebagai akibat tegangan sisa itu, dan juga untuk mencegah stress corrosion cracking (retak karena korosi logam yang mengalami tegangan). Proses laku panas yang memanfaatkan ini dinamakan stress relief annealing.
Rekristalisasi terjadi melalui pengintian pengintian (nucleation) dan pertumbuhan (growth). Untuk memulai suatu proses rekristalisasi diperlukan masa inkubasi. Masa inkubasi ini diperlukan sebagai waktu utuk pengumpulan sejumlah energi yang cukup untuk memulai rekristalisasi. Rekristalisasi dapat terjadi pada temperatur tertentu yang dinamakan temperatur rekristalisasi, yaitu temperatur dimana logam yang dideformasi dingin akan mengalami rekristalisasi yang tepat selesai dalam satu jam. Tingginya temperatur rekristalisasi ini dipengaruhi oleh besarnya deformasi dingin sebelumnya.
Butir (grain) kristal yang besar mempunyai free energi yang lebih rendah, karenanya butir kristal cenderung untuk tumbuh lebih besar hingga mencapai ukuran maksimum untuk temperatur tersebut. Makin tinggi temperatur pemanasan makin besar juga ukuran butir yang terjadi. Bahkan laju pertumbuhan butir ini makin tinggi dengan makin tingginya temperatur pemanasan.
Bila setelah pemanasan hingga temperatur yang dianggap cukup lalu logam didingiinkan kembali dengan lambat maka besar butir setelah mencapai temperatur kamar tidak berbeda banyak dengan besarnya pada saat sebelum didinginkan.

2.7 HUBUNGAN STRAIN HARDENING DENGAN DISLOKASI
Proses cold working merupakan proses deformasi plastik dan temperatur kerjanya berlangsung di bawah temperatur kristalisasi. Pada proses ini terjadi mekanisme strain hardening, yaitu mekanisme penguatan yang disebabkan karena perbanyakan densitas dislokasi. Dislokasi merupakan cacat garis dan akan bergerak selama gaya bekerja pada logam tersebut. Jika pergerakan dislokasi terhambat dan tidak memungkinkan untuk bergerak maka dislokasi akan memperbanyak diri, sehingga dibutuhkan gaya dari luar yang lebih besar untuk menggerakkan dislokasi tersebut. Terjadinya strain hardening pada logam menyebabkan naiknya kekerasan dan kekuatan material tetapi akan menurunkan keuletan material. Deformasi plastis dapat menyebabkan kenaikan energi pada logam atau dikenal dengan energi aktivasi dalam bentuk kerapatan logam yang lebih tinggi (Siswosuwarno, 1985). Hal ini berarti bahwa pemanasan yang diperlukan untuk pengintian atau untuk mencapai temperatur rekristalisasinya akan menurun. Dapat dikatakan bahwa semakin besar terjadi deformasi maka akan semakin besar pula penurunan temperatur rekristalisasinya. Karena itu temperatur rekristalisasi biasanya dinyatakan sebagai suatu daerah bertemperatur sekitar 40% sampai 50% dari temperatur cairnya.
Makin besar reduksi ketebalan terjadi peningkatan harga kekerasan. Peningkatan harga kekerasan tersebut disebabkan terjadinya mekanisme strain hardening (pengerasan regangan). Pada strain hardening, terjadi peningkatan densitas dislokasi dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dislokasi. Semakin besar reduksi ketebalan, semakin banyak pula jumlah dislokasi yang dihasilkan. Akibatnya pada suatu saat, untuk menggerakan dislokasi tersebut dibutuhkan gaya dari luar yang lebih besar, hal ini berarti logam mengalami penguatan. Akibat lain dari proses pengerolan dingin yang dilakukan, dihasilkan tegangan sisa pada benda kerja.

Penguatan logam dengan strain hardening
Logam umumnya mengalami pengerjaan dingin pada suhu ruang, meskipun perlakuan tersebut mengakibatkan kenaikan suhu. Pengerjaan dingin mengakibatkan timbulnya distorsi pada butir. Sehingga meningkatkan kekuatan, memperbaiki kemampuan permesinan, meningkatkan ketelitian dimensi, dan menghaluskan permukaan logam
Proses pembentukan merupakan salah satu proses manufaktur untuk dihasilkannya produk dengan cara memberikan deformasi plastis pada material kerja tanpa dihasilkannya geram.
Klasifikasi Proses Pembentukan

Terdapat bermacam-macam jenis proses pembentukan. Untuk mudah dipahami, proses pembentukan diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pembentukan berdasarkan temperatur pengerjaan
· Pengerjaan panas ( Hot Working )
Proses pembentukan dilakukan pada daerah temperatur rekristalisasi. Pada daerah rekristalisasi terjadi peristiwa pelunakan secara terus menerus hingga menyebabkan material mudah untuk dideformasi. Karena sifat material tersebut ulet dan relatif lebih lunak maka tidak dibutuhkan gaya yang terlalu besar untuk mendeformasi material sekaligus dapat dihindari terjadinya retak pada produk.
· Pengerjaan dingin ( Cold Working )
Proses pembentukan dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi. Terjadi peristiwa strain hardening (pegerasan regangan) dimana logam hasil akan bersifat makin kuat dan makin keras, tetapi seiring dengan hal tersebut akan menyebabkan produk bersifat relatif lebih getas sehingga apabila dideformasi akan mudah meyebabkan terjadinya retak.
2. Pembentukan berdasarkan gaya pembebanan
· Pembentukan dengan tekanan
Bekerja tegangan tekan contohnya penempaan (forging) dan pengerolan
· Pembentukan dengan tekanan dan tarikan
Pada daerah deformasi bekerja tegangan tekan dan tarik. Gaya yang diberikan merupakan gaya tarik, meyebabkan terjadinya gaya tekan dari perkakas terhadap daerah deformasi. Contoh : wire drawing, deep drawing
· Pembentukan dengan tekukan
Contoh : proses bending
· Pembentukan dengan tarikan
Contoh : tarik regang ( stretching )
· Pembentukan dengan geseran
Terjadi proses pengguntingan yang melibatkan gaya geser yang cukup besar untuk memotong pada bidang geser.
3. Pembentukan berdasarkan bentuk benda kerja
· Pembentukan benda kerja masif atau pejal
Terjadi perubahan tebal benda kerja selama dilakukan proses. Contoh : pengerolan, tempa dan penarikan kawat.
· Pembentukan benda kerja plat
Benda kerja yang akan dibentuk adalah plat yang dideformasi menjadi bentuk tertentu dan tebalnya dianggap tetap.
4. Pembentukan berdasarkan tahapan dalam menghasilkan produk
· Proses pembentukan primer
Dihasilkannya produk setengah jadi. Contoh : pengerolan yang menghasilkan pelat, ekstrusi yang menghasilkan batang.
· Proses pembentukan sekunder
Proses lanjutan dari proses pembentukan primer dimana bentuk setengah jadi diubah menjadi bentuk akhir sebagaimana yang diinginkan. Contoh : penarikan kawat yang diproses menjadi diameter yang lebih kecil, penarikan plat menjadi tabung.


  
















BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
          Dislokasi berhubungan dengan deformasi dan strain hardening. Pengerjaannya dalam cold working. Akibat dari cold working, kekerasan, kekuatan tarik dan tahanan listrik akan naik, sedang keuletan akan menurun, juga terjadi peningkatan jumlah dislokasi yang besar dan bidang-bidang kristalografi tertentu. Deformasi plastis dapat menyebabkan kenaikan energi pada logam atau dikenal dengan energi aktivasi dalam bentuk kerapatan logam yang lebih tinggi. Pada strain hardening, terjadi peningkatan densitas dislokasi. Semakin besar reduksi ketebalan, semakin banyak pula jumlah dislokasi yang dihasilkan.

3.2 Saran
          Makalah ini masih jauh dari unsur kesempurnaan, maka dari itu mohon kritik dan saran dari berbagai pihak. Tak ada gading yang tak retak, semua pasti ada kesalahan. Semoga proses pembelajaran ini dapat menjadi acuan untuk menuju yang lebih baik lagi.













DAFTAR PUSTAKA

Siswosuwarno, M. 1985. Diktat Teknik Pembentukan Logam Jilid 1. Jurusan Teknik Mesin, ITB, Bandung.

Djaprie, Sriati. 1992. Ilmu dan teknologi Bahan Edisi 5. Erlangga, Jakarta

Wahid, Suherman. 1987. Diktat Pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin, ITS, Surabaya.

De Garmo, P.E. 1998. Material and Processes in Manufacturing. 7th Edition. Macmillan Publishing Company.

Darsin, Mahros. 2007. Proses Pembentukan Logam. Jurusan Jeknik Mesin, Unej, Jember.








         







Tidak ada komentar:

Posting Komentar